MAKALAH
DAN LAPORAN KASUS
“
HIPERTENSI”
O
L
E
H
KELOMPOK
I :
1. THAMLIKA
2. MUH.
IBNU SABIL
3. ARISMA
JAYA
4. BASRI
5. H.
SOFYAN
6. BRAMA
NUR
7. SRI
WENGSI SURIANI
8. DIANA
9. NURLAELA
10. NUR
ALAM
11. DAHNIAR
L
12. KASMAWATI
13. FARIDA
STIKES
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
KELAS
BELOPA
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat, Taufiq, hidayah dan karunia-Nya yang
dilimpahkan dalam bentuk kesehatan, ketabahan dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dan laporan kasus ini
dengan judul : “ Hipertensi “.
Adapun tujuan utama dalam penyusunan maklah dan
laporan kasus ini adalah sebagai tugas kelompok yang diberikan oleh Dosen di
Stikes Kurnia Jaya Palopo Kelas Belopa
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah dan laporan kasus ini masih
jauh dari sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah dan laporan kasus ini. Akhir
kata semoga makalah dan laporan kasus
ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca, terkhusus penulis sendiri dan
dapat bernilai bagi perkembangan ilmu keperawatan.
Semoga Tuhan berkenan
meridhoi segala apa yang telah diupayakan hamba-Nya dan memberikan pahala yang
setimpal. Amin.
Sabbangparu, Februari 2017
PENULIS
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL ..................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 5
A.
Latar belakang....................................................................................... 5
B.
Rumusan
Masalah................................................................................. 5
C.
Tujuan
Penulisan................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA............................................................................... 7
A. Defenisi................................................................................................ 7
B. Anatomi Fisilogi................................................................................... 9
C. Landasan Teoritis
Penyakit.........................................................................11
1... Etiologi.......................................................................................... 11
2... Manifestasi
Klinis/Tanda dan Gejala.............................................. 15
3. . Pemeriksaan
Penunjang dan Diagnostik ........................................ 16
4. . Penatalaksanaan
Medis dan Keperawatan...................................... 17
5... Komplikasi................................................................................... 19
6... WOC/Patoflowdiagram
................................................ .........................20
D. Landasan teoritis Asuhan Keperawatan.............................................. 21
1.
Pengkajian................................................................................... 21
2.
Perumusan Diagnosa Sesuai Kasus (Nanda)............................... 23
3.
Penentuan Kriteria Hasil (NOC)................................................... 24
4.
Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)................................... 24
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS.................................................. 27
A.
Data Demografi .................................................................................. 27
B.
Riwayat Pengkajian Kesehatan pada pasien (
dengan pengkajian per pola + Pemeriksaan Fisik ) 27
C.
Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium,
Radiologi, USG dll).............. 28
D.
Analisis Data....................................................................................... 28
E.
Perumusan Diagnosa Sesuai Kasus (Nanda)........................................ 28
F.
Penentuan
Kriteria Hasil sesuai kasus(NOC)...................................... 28
G.
Perumusan Intervensi Keperawatan Sesuai Kasus
(NIC)..................... 28
BAB
IV PEMBAHASAN KASUS........................................................................... 30
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 32
A. Kesimpulan......................................................................................... 32
B. Saran................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama
penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan
darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Batas tekanan darah yang
masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah
lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang
dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini disebut sebagai the silent killer karena
penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau tersembunyi.
Hipertensi
tidak secara langsung membunuh penderita, tetapi melalui timbulnya berbagai
penyakit serius. Dengan kata lain, komplikasi dari hipertensi itulah yang
sebenarnya banyak mengakibatkan kematian pada penderitanya. Hipertensi baru di
sadari ketika telah menyebabkan gangguan organ, seperti gangguan fungsi jantung,
koroner, ginjal, gangguan fungsi kognitif ataupun stroke. Hipertensi pada
dasarnya akan mengurangi harapan hidup pada para penderitanya.
Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat dibagi menjadi 2 jenis, sebagai berikut :
1. Hipertensi Primer
Hipertensi
primer tidak diketahui penyebabnya sehingga karenanya disebut juga dengan
hipertensi esensial. Terjadi peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90-95 %) penderita termasuk pengidap
hipertensi primer.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi
sekunder disebabkan oleh penyakit sistematik lain, misalnya gangguan hormon
(gushing), penyempitan pembuluh darah utama ginjal (stenosis arteri renalis),
akibat penyakit ginjal (glumerulonefritis), dan penyakit sistematik lainnya
seperti lupus nefritis.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
landasan teoritis penyakit Hipertensi
2. Bagaimana
Landasan teoritis asuhan keperawatan penyakit Hipertensi
3. Bagaimana
asuhan keperawatan kasus
4. Bagaimana
pembahasan kasus sesuai pengkajian yang didapatkan
C. TUJUAN
PENELITIAN
1. Untuk
mengetahui landaan teoritis asuahan keperawatan penyakit hipertensi
2. Untuk
mengetahui asuhan keperawatan kasus sesuai pengkajian yang di dapatkan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
DEFENISI
Hipertensi
atau sering di sebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah satu penyakit
pembuluh darah (vascular disease). Definisi hipertensi menurut Ganong
(2010),Guyton (2014) WHO (2013)and JNC VIII adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah di dalam arteri diatas 140/90 mmHg pada orang dewasa
dengan sedikitnya tiga kali pengukuran
secara berurutan.
Pembuluh
darah merupakan saluran tertutup yang
mengalirkan darah dari Jantung ke jaringan dan kembali lagi ke jantung melalui
paru-paru.semua pembuluh darah di lapisi oleh sel endotel yang mensekresikan
berbagai zat yang dapat mempengaruhi diameter pembuluh darah dan pembentukan
pembuluh darah baru.struktur pembuluh darah meliputi jaringan ikat di lapisan
luar (tunika adventisia) jaringan elastik diantara lapisan intima dan meedia
(lamina elastika interna) dan lapisan dalam (tunika intima).otot-otot tersebut
diinervasi oleh serabut saraf noradrenergik yang berfunsi sebagai fase
vasokontriktor dan persarafan kolinergik sebagai vasodilator.Pembuluh darah
dapat teregang oloeh karena injeksi jantung saat sistol dan jaringan elastik
akan mengembalikan pembuluh darah kebentuk semula saat diastol (Ganong, 2010).
Pengukuran
tekanan darah di lakukan sesuai dengan standar BSH secara manual dengan
menggunakan alat di sebut sphygmomanometer
air raksa.selain itu,pengukuran tekanan darah juga bias di lakukan dengan
menggunakan tensi meter digital yang telah di kalibrasi.Kedua alat tersebut
mengukur tekanan darah yang dinyatakan dalam satuan mmHg. Tekanan darah dapat
di ukur setalah pasien duduk tenang selama 5 menit pada saat pemeriksaan lengan
disangga dan tensimeter diletakkan setinggi jantung ,manset yang di pakai harus
di sesuaikan sedikit melingkari 80% lengan atas (Dharmeizar,2012).
Pada
saat pemeriksaan tekanan darah yang diukur adalah tekanan darah sistolik dan
diastolik. Tekanan darah diastolik yaitu tekanan ketika jantung berkontraksi
dan memompa darah sedangkan tekanan diastolik yaitu tekanan ketika jantung
relaksasi dan darah masuk ke jantung (Dhameizer,2012).
B.
KLASIFIKASI
Berdasarkan
etiologinya,hipertensi dapat di klasifikasikan menajdi hipertensi primer
(hipertensi esensial) dan hipertensi skunder. Hampir lebih dari 90-95% kasus
hipertensi merupakan hipertensi primer.
Hipertensi primer adalah hipertensi dengan penyebab yang tidak di
ketahui (Guyton & Hall,2014). Belum ada teori yang jelas menyatakan
pathogenesis hipertensi primer tersebut. Namun faktor genetik memegang
peranan penting pada pathogenesis
hipertensi primer.
Selanjutnya,dikatakan
hipertensi skunder jika terjadinya hipertensi di sebabkan oleh penyakit
lain,hanya sekitar 5 – 10% kasus hipertensi merupakan skunder dari penyakit
komorbid atau obat-obatan tertentu yang dapat menigkatkan tekanan darah .Banyak
penyebab hipertensi sekunder baik endogen dan eksogen. Pada kebanyakan
kasus,disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronik atau penyakit renovaskuler
adalah penyebab sekunder yang paling sering.Obat – obatan tertentu baik secara
langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.Apabila
penyebab sekunder dapat diidentifikasi ,maka dengan menghentikan obat yang
bersangkutan atau mengobati atau mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya
sudah merupakan tahap pertama dalam penangan hipertensi sekunder
C.
ANATOMI FISIOLOGI ORGAN
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak
didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada
ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas
: pembuluh darah besar
2) Bawah
: diafragma
3) Setiap
sisi : paru
4) Belakang
: aorta desendens, oesophagus,
columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang
mengangkut darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1
inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi
pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16
inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih
kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari
sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal
tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika
intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri
dari jaringan endotel.
2) Tunika
Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan
termasuk otot polos
3) Tunika
Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur yang berguna
menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah
utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis
yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh
darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus.
Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm.
Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di
ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara
pembuluh darah arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar
endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan
sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya
sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan
venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.
Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak
berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002,
hal 110)
Vena merupakan
pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke
dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis.
Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang
selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena
pulmonalis, mempunyai dinding tipis, mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah ke jantung
D.
LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
1. ETIOLOGI
Penyebab
hipertensi esensial belum diketahui secara pasti. Banyak sekali factor yang
dapat menyebabkan hipertensi sehingga dapat dikatakan penyebab hipertensi
adalah “ multiple factor “. Adanya interaksi kompleks antara factor genetic dan
factor lingkungan dapat memicu terjadinya hipertensi ( Muchtadi, 2013 ).
Faktor
genetic yaitu ketidakmampuan ginjal untuk mensekresi kelebihan garam sedangkan
factor lingkungan meliputi asupan garam yang berlebihan dan peningkatan kadar
angiotensinogen plasma. Tingkat stress diketahui memperberat hipertensi.
Beberapa
factor penyebab hipertensi yang telah diketahui adalah sebagai berikut
1.
Pola Komsumsi
Komsumsi
tinggi natrium (Na) terutama yang berasal dari garam (NaCl) diketahui sebagai
salah satu penyebab hipertensi. Selain itu, natrium juga terdapat dalam
penyedap makanan (MSG, monosodium
glutamate) dan soda kue ( NaHCO3, Natrium Bikarbonat)
(Muchtadi, 2013). Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang yang
sensitive terhadap sodium lebih mudah meningkat sodium-nya dan menimbulkan
retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000).
Komsumsi garam berhubungan erat
dengan terjadinya tekanan darah tinggi. Hipertensi tidak terjadi jika asupan
garam dibatasi hingga <50-100 mmol/hari. Subjek yang sensitive terhadap
garam akan menunjukkan penurunan tekanan darah dengan pengurangan intake sodium
100 mmol/hari (2,4 gram/hari). Kebutuhan asupan sodium adalah 10 mmol/hari (230
mg/hari).
2.
Kelainan Ginjal
Adanya kelainan atau kerusakan pada ginjal dapat
menyebabkan gangguan pengaturan tekanan darah melalui produksi rennin oleh sel
juxtagglomerular ginjal. Renin merupakan enzim yang berperan dalam lintasan
metabolisme system RAA (Renin Angeotensin Aldosteron). Rennin penting untuk
mengendalikan tekanan darah mengatur volume extra seluler plasma darah dan
vasokontriksi arteri (Muchtadi, 2013).
Selain itu, ginjal juga mensekresi
hormone antidiuretik ( ADH, antideuritik hormone) dan aldesteron. ADH
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior di otak melalui stimuli terhadap
sel-sel collecting duct dan distal contvoluted tubule ginjal sehingga terjadi
peningkatan reabsorbsi air dan penuruna volume urine. Sekresi hormone ini
dkendalikan oleh peningkatan osmolaritas plasma darah, berkurangya volume darah
dan penurunan tekanan darah ( Muchtadi, 2013).
Aldosteron merupakan hormone steroid
yang diproduksi oleh korteks adrenal dan bekerja pada collecting duct ginjal
dan menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium
dalam tubuh (Muchtadi, 2013)
3.
Penuaan
Insiden hipetensi meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Hampir setiap orang mengalami peningkatan tekanan darah pada
usia lanjut. Tekanan sistolik biasanya terus meningkat seumur hidup dan tekanan
diastolic meningkat sampai usia 50 – 60 tahun kemudian menurun secara perlahan
(Ganong, 2010). Hal ini terkait dengan salah satu perubahan yang terjadi karena
proses penuaan yaitu berkurangnya kecepatan aliran darah dalam tubuh. Denagn
bertambahnya usia, dinding pembuluh darah arteri menjadi kaku dan menurun
elastisitasnya (arterioklerosis) sehingga terjadi peningkatan resistensi
pembuluh darah yang menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah. Akibatnya terjadi tekanan darah sistolik
(Muchtadi, 2013)
4.
Obesitas
Istilah obesitas mengacu pada suatu keadaan dimana
kelebihan lemak disimpan dalam jaringan adipose ( Seidell,JC; Visscher, T,
2008). Menurut WHO, obesitas didefinisikan sebagi penimbuna lemak berlebih
tidak normal dan dapat menimbulkan dampak negative bagi kesehatan. National
Institutes of Health (NIH) mengatakan bahwa terjadi obesitas jika ada
peningkatan 20 % dari berat badan relative atau IMT ( Indeks Massa Tubuh )
diatas persentil ke-85 untuk dewasa dan memberikan resiko bagi kesehatan.
(Flier et al, 2007)
Pada sebagian besar penderita, peningkatan berat
badan yang berlebihan dan gaya hidup sedenter memiliki peran utama dalam
menyebabkan hipertensi. Suatu penelitian dari Framingham Heart Study
menunjukkan bahwa, 78 % hipeetensi yang terjadi pada laki-laki dan 65% pada
wanita diakibatkan secara langsung oleh kegemukan atau obesitas (Lilyasari,
2007). Tiap kenaikan berat badan ½ kg dari berat badan normal yang
direkomendasikan dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah sistolik 4,5 mmHg
(Muchtadi, 2013)
5.
Stress
Hipertensi dapat juga disebabkan oleh karena stress
(fisik atau mental), dimana pada kondisi ini kelenjar adrenal akan merilis
hormone epinefrin atau adrenalin. Pelepasan hormone epinefrin atau adrenalin
mengaktivasi reseptor B-adrenergik yang menyebabkan peningkatan influks kalsium
kedalam sel jantung sehingga mengakibatkan denyut jantung meningkatkan dan
berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan sistolik. Keadaan inin
mengakibatkan perubahan hemodinamik sehingga jejas endotel yang merupakan awal
aterosklerosis.
2.2 Aterosklerosis
Ateroklerosis berasal dari arti kata
“atero” yaitu pembuluh darah arteri dan “sklerosis” yaitu penebalan sehingga
dapat dikatakan ateroklerosis merupakan penebalan pembuluh darah arteri.
Ateroklerosis adalah penyakit pembuluh darah yang ditandai oleh penebalan
dinding pembuluh darah interna berkaitan dengan adanya plaque yaitu pembentukan
lesi ateroma yang berisi timbunan lemak, kolesterol, produk-produk sisa
seluler, kalsium dan fibrin pada bagian dalam dinding arteri.
Penebalan dinding pembuluh darah
arteri menyebabkan terjadinya penyempitan lumen pembuluh darah, pengurangan
aliran darah, penurunan elastisitas dinding pembuluh darah dan merangsang
pembentukan bekuan darah (occlusive thrombi) (Linder, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan aterokloresis antara lain factor yang dapat diubah (merokok,
obesitas, aktivitas fisik, dll), factor yang tidak dapat diubah (umur, jenis
kelamin dan genetic) dan factor yang dapat diubah dengan pengobatan (kadar
lipid darah, diabetes mellitus, dll) (Muchtadi, 2013).
Tabel
2.2. Faktor Resiko Yang Mempercepat
Perkembangan Ateroklerosis Dan Mekanisme Penyebanbnya
Faktor Risiko
|
Mekanisme
|
Jenis
kelamin pria dan wanita post menopause
|
Kurangnya
efek penurunan LDL dari esterogen, esterogen mungkin bekerja meningkatkan
jumlah reseptor LDL di hati
|
Riwayat
penyakit dalam keluarga (penyakit jantung iskemik, stroke)
|
Mekanisme
genetic multiple
|
Hiperlipidemia
primer
|
Lipoprotein
lipase (tipe 1), gangguan reseptor LDL (tipe IIa), Kelainan apoprotein E
(tipe III), difisiensi apoprotein C (tipe V), atau kausa yang tidak diketahui
(tipe IIb dan IV)
|
Hiperlipidemia
sekunder
|
Peningkatan
trigliserida darah yang ditimbulkan oleh diuretic, obat penyekat
β-adrenergik, asupan alcohol yang berlebihan
|
Merokok
|
Munegkin
melalui jejas hipoksik di sel endotel yang dipicu oleh karbon monoksida
|
Factor Risiko
|
Mekanisme
|
Hipertensi
|
Meningkatnya
shear stress, disertai kerusakan endotel
|
Diabetes
Mellitus
|
Berkurangnya
pembersihan LDL dari sirkulasi hati, peningkatan glikosilasi kolagen,
meningkatkan perlekatan LDL pada dinding pembuluh darah
|
Obesitas
|
Belum
jelas, tetapi obesitas berkaitan dengan diabetes mellitus tipe 2, hipertensi,
hiperkolesterolemia dan hipertrigliserid
|
2. MANIFESTASI
KLINIS/TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar
hipertensi terjadi tanpa di sertai tanda dan gejala yang pasti.Kadang-kadang
nyeri kepala ,pusing dan rasa lelah di anggap sebagai gejala non spesifik dari
hipertensi namun gejala tersebut tidak jarang juga terjadi pada orang dengan
tekanan darah normal. (Ganong,2010).
Ketidak pastian tanda
dan gejala menyebabkan hipertensi di ketahui saat pemeriksaan screening rutin atau ketika penderita
memeriksakan komplikasinya. Komplikasi hipertensi berpotensi mematikan,
meliputi infark miokard,gagal jantung kongestif , stroke trombotik dan
hemoragik, gagal ginjal dan ensefalopati hipertensi. Oleh sebab itu ,
hipertensi mendapat sebutuan “the silent killer” (Ganong,2010).
Pathogenesis hipertensi
primer sangat kompleks dan multifaktorial . Faktor – faktor tersebut meliputi
peningkatan resistensi vascular perifer ,peningkatan curah jantung ,
peningkatan volume darah , peningkatan kekentalan /viskositas darah stimulasi
hormone dan neural serta elastisitas pembuluh darah (Ganong,2010)
3. PEMERIKSAAN
PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa
tahapan pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana
yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dariCanadian
Hypertension Education Program. The CanadianRecommendation for The Management
of Hypertension 2014
4. PENATALAKSANAAN
Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan
risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi
derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup
sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4
– 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan
tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang
lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak
guidelines adalah :
·
Penurunan
berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran
dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
darah,seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
·
Mengurangi
asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
·
Olah
raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien
yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus
tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga
dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
·
Mengurangi
konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup yang umum
di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin hari semakin meningkat seiring
dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi
alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau
menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
·
Berhenti
merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokok.
·
Terapi
farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai
bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan
hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu
diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping,yaitu :
·
Bila
memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
·
Berikan
obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
·
Berikan
obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia 55 – 80
tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
·
Jangan
mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin
II receptor blockers (ARBs)
·
Berikan
edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapifarmakologi
·
Lakukan
pemantauan efek samping obat secara teratur.
Sumber :(pedoman
tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular, 2015)
Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan
berbagai guidelines memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah
algoritme tatalaksana hipertensi secara umum, yang disadur dari A Statement
by the American Society of Hypertension and the International Society
ofHypertension2013;
5. KOMPLIKASI
Efek pada
organ :
a.
Otak
- Pemekaran
pembuluh darah
- Perdarahan
-
Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
-
Malam banyak kencing
-
Kerusakan sel ginjal
-
Gagal ginjal
c. Jantung
-
Membesar
-
Sesak nafas (dyspnoe)
-
Cepat lelah
-
Gagal jantung
6. WOC/PATOFLOWDIAGRAM
E.
LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas /
istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
-
Frekuensi jantung meningkat
-
Perubahan irama jantung
- Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
-
Kenaikan TD
-
Nadi : denyutan jelas
-
Frekuensi / irama : takikardia,
berbagai disritmia
-
Bunyi jantung : murmur
-
Distensi vena jugularis
-
Ekstermitas
Perubahan warna
kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat
c. Integritas
Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian,
ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn,
keuangan, pekerjaan )
Tanda :
-
Letupan suasana hati
-
Gelisah
-
Penyempitan kontinue perhatian
-
Tangisan yang meledak
-
Otot muka tegang ( khususnya sekitar
mata )
- Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini
atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
e. Makanan /
Cairan
Gejala :
-
Makanan yang disukai yang dapat
mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
-
Mual
-
Muntah
-
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
-
BB normal atau obesitas
-
Edema
-
Kongesti vena
-
Peningkatan JVP
- Glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
-
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
-
Episode kebas
-
Kelemahan pada satu sisi tubuh
-
Gangguan penglihatan ( penglihatan
kabur, diplopia )
-
Episode epistaksis
Tanda :
-
Perubahan orientasi, pola nafas, isi
bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
-
Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman
- Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
-
nyeri hilang timbul pada tungkai
-
sakit kepala oksipital berat
- nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
-
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
-
Takipnea
-
Ortopnea
-
Dispnea nocturnal proksimal
-
Batuk dengan atau tanpa sputum
-
Riwayat merokok
Tanda :
-
Distress respirasi/ penggunaan otot
aksesoris pernapasan
-
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
i. Keamanan
Gejala
: Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda
: Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran
/ Penyuluhan
Gejala
:
-
Factor resiko keluarga ; hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko
etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat
/ alkohol
2. PERUMUSAN
DIAGNOSA (NANDA)
a. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. PENENTUAN
KRITERIA HASIL (NOC)
4. PERUMUSAN
INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC)
RENCANA
KEPERAWATAN
|
|||
NO DX
|
DIANGOSA
KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
|
TUJUAN
(NOC)
|
INTERVENSI
(NIC)
|
1
|
Diagnosa
keperawatan Domain Aktivitas dan
isttirahat
Kelas Respon
kardiovaskular/pulmonal.
Resiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
|
NOC :
v Cardiac Pump effectiveness
v Circulation Status
v Vital Sign Status
Kriteria
Hasil:
-
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi,
respirasi)
-
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
-
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
-
Tidak ada penurunan kesadaran
|
NIC :
Cardiac Care
-
Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
-
Catat adanya disritmia jantung
-
Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
-
Monitor status kardiovaskuler
-
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
-
Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
-
Monitor balance cairan
-
Monitor adanya perubahan tekanan darah
-
Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
-
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
-
Monitor toleransi aktivitas pasien
-
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
-
Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign
Monitoring
-
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
-
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
-
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
-
Monitor kualitas dari nadi
-
Monitor adanya pulsus paradoksus
-
Monitor adanya pulsus alterans
-
Monitor jumlah dan irama jantung
-
Monitor bunyi jantung
-
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
-
Monitor suara paru
-
Monitor pola pernapasan abnormal
-
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
-
Monitor sianosis perifer
-
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
-
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Diagnosa
keperawatan Domain Rasa Nyaman
Kelas
kenyamanan fisik
Nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
|
NOC :
v Pain Level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria
Hasil :
-
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
-
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
-
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
-
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-
Tanda vital dalam rentang normal
|
NIC :
Pain Management
-
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
-
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
-
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
-
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
-
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
-
Kurangi faktor presipitasi nyeri
-
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
-
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
-
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
-
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
-
Tingkatkan istirahat
-
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
-
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic
Administration
-
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
-
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
-
Cek riwayat alergi
-
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
-
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri
-
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
-
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
-
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
-
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
-
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
|
BAB
III : ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A.
DATA DEMOGRAFIS
-
B. RIWAYAT
KESEHATAN PENGKAJIAN KESEHATAN PADA PASIEN (DENGAN PENGKAJIAN PER POLA +
PEMERIKSAAN FISIK)
Pengkajian
per Pola :
1. Aktivitas
istirahat
Aktivitas sehari-hari
sibuk dan jarang berolahraga, pasien adalah seorang perokok. Sejak 10 hari yang
lalu pola aktivitas dan istirahat berubah karena keluhan yang dialami
2. Sirkulasi
Pasien riwayat
hipertensi, kenaikan Tekanan Darah, Nada denyutan jelas, denyut apical bergeser
dan kuat, Frekuensi/irama Takikardia,
3. Integritas
ego
Normal
4. Eliminasi
Normal
5. Makanan/Cairan
Normal
6. Neurosensori
Sakit kepala dan berdebar-debar sejak 10
hari yang lalu
7. Nyeri/Ketidaknyamanan
Nyeri pada kepala
8. Pernapasan
Normal
9. Keamanan
Normal
10. Pembelajaran
/ Penyebab
Normal
Pemeriksaan
Fisik :
1. Keluhan
utama : Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit kapala dan
berdebar-debar
2. Riwayat
kesehatan sekarang : Pasien dianjurkan untuk merubah pola hidup dan pengobatan
teratur
3. Tanda-tanda
Vital : TD : 170/100 mmHg, N: 90x/i,
C.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM,RADIOLOGI,USG DLL)
1. Pemeriksaan
jantung : apex RIC VI kiri, kuat angkat
2. Pemeriksaan
arteri brachialis teraba mengeras
3. Pemeriksaan
Laboratorium urine didapatkan albumin +1
4. Pemeriksaan
EKG : RV1 + SV 40 mm
5. Pemeriksaan
laboratorium lengkap di RS : kolestrol total 290 mg/dl dan LDL 180 mg/dl
D.
ANALISIS DATA
No
|
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
DS:
1. Klien mengeluh jantung terasa berdebar-debar sejak 10
hari yang lalu
2. Klien mengaku sebagai seorang perokok
3. Klien mengatakan jarang berolahraga
DO:
1. TD : 170/90 mmHg
2. Nadi : 90x/i
3. Apex RIC VI
teraba kuat angkat
4. Pemeriksaan urine : albumin +1
5. Pemeriksaan darah: cholesterol total : 290 mg/dl
LDL: 180 mg/dl |
Umur, gaya hidup, obesitas
Hipertensi
Kerusakan struktur pembuluh darah
Vasokonstriksi
Peningkatan afterload
Penurunan curah jantung
|
Resiko penurunan curah jantung
|
2
|
DS:
1. Klien mengeluh nyeri kepala sejak 10 hari yang lalu
|
Umur, gaya hidup, obesitas
Hipertensi
Kerusakan struktur pembuluh darah
Gangguan sirkulasi
otak
peningkatan resistensi
pembuluh darah otak
nyeri kepala
|
Nyeri
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Dari contoh kasus yang kami dapatkan, dapat kami
simpulkan bahwa klien menderita hipertensi. Kami menarik kesimpulan tersebut
berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien, dintaranya:
1.
Hasil
pemeriksaan tekanan darah.
Dari hasil pemeriksaan tekaanan darah didapatkan angka 100/70 mmHg. Angka ini tergolong tinggi mengingat nilai normal tekanan darah berada pada angka 120-140 mmHg untuk sistol dan 70-90 mmHg untuk diastol.
Dari hasil pemeriksaan tekaanan darah didapatkan angka 100/70 mmHg. Angka ini tergolong tinggi mengingat nilai normal tekanan darah berada pada angka 120-140 mmHg untuk sistol dan 70-90 mmHg untuk diastol.
2.
Nyeri
kepala akut.
Nyeri kepala sering dikaitkan dengan hipertensi, meskipun tidak semua penderita hipertensi merasakan nyeri pada bagian kepala. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan keluhan berupa nyeri kepala.
Nyeri kepala sering dikaitkan dengan hipertensi, meskipun tidak semua penderita hipertensi merasakan nyeri pada bagian kepala. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan keluhan berupa nyeri kepala.
3.
Gaya
hidup.
Dari hasil pengkajian diketahui klien mempunyai gaya hidup yang kurang sehat, seperi memiliki kebiasaan merokok dan jarang berolahraga.
Kebiasaan merokok berakibat langsung pada peningkatan tekanan darah, hal ini karena zat nikotin pada rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Selain itu, gaya hidup pasif seperti jarang melakukan olahraga dan aktitas fisik juga dapat berpengaruh pada peningkatan tekanan darah.
Dari hasil pengkajian diketahui klien mempunyai gaya hidup yang kurang sehat, seperi memiliki kebiasaan merokok dan jarang berolahraga.
Kebiasaan merokok berakibat langsung pada peningkatan tekanan darah, hal ini karena zat nikotin pada rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Selain itu, gaya hidup pasif seperti jarang melakukan olahraga dan aktitas fisik juga dapat berpengaruh pada peningkatan tekanan darah.
4.
Hasil
pemeriksaan darah .
Dari hasil pemeriksaan darah didapatkan kadar koleserol
total 290 mg/dl dan kadar LDL 180 mg/dl.
Nilai tersebut jauh diatas kadar kolesterol normal yang
berada pada angka <200 mg/dl dan kadar LDL <100 mg/dl.
Kadar kolesterol yang tinggi memang dapat meenyebabkan
peningkatan tekanan darah. Hal tersebut diakibatkan karena kolesterol dapat
menempel pada dinding pembuluh darah dan menyebabkan kekakuan atau bahkan
sumbatan pada pembuluh darah yang berakibat langsung pada peningkatan tekanan
darah
5.
Hasil
pemeriksaan urine
Dari hasil pemeriksaan didapatkan albumin yang seharusnya
tidak ditemukan pada urine. Hal ini dapat menjadi tanda tejadinya kerusakan
pada ginjal. Kerusakan pada ginjal bisa diakibatkan oleh beberaapa hal, salah
satu diantaranya adalah hipertensi kronis
6.
Pemeriksaan
fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan apex RIC VI yang seharusnya hanya ditemukan pada RIC V. Hal ini menandakan adanya pembesaran pada ventrikel.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan apex RIC VI yang seharusnya hanya ditemukan pada RIC V. Hal ini menandakan adanya pembesaran pada ventrikel.
Selain itu arteri brachialis teraba mengeras yang juga
menjadi taanda tingginya tekanan darah.
7.
Jenis
Pengobatan
Pasien mendapatkan obat tiazid, obat tersebut termasuk
golongan diuretik yang sering dijadikan sebagai pilihan obat untuk penderita
hipertenssi.
Selain itu, pasien juga mendapatkan lisinopril yang juga merupakan obat antihipertensi
Selain itu, pasien juga mendapatkan lisinopril yang juga merupakan obat antihipertensi
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
Pembahasan Kasus diatas dapat disimpulkan penyakit yang diderita oleh pasien
adalah Hipertensi. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah Resiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
dan Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
B.
SARAN
Penulis
menyadari penyusunan makalah ini belum sempurna, olehnya itu saran dan masukan
dari pembaca sangat kami harapkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar